WelcOme to ZylLa's Blog

"Aku ta' tahu apakah pesonanya yang memikat atau mungkin akalku yang ta' lagi sempurna" (Imam Ibnu Qayyim Al-Jauzy) Betapa sempurnanya ungkapan yang diungkapkan beliau akan rasa cintanya kepada Alloh, Sang Maha Cinta... Kepada Alloh_lah seharusnya cinta sejati berlabuh.... Aghfirliiiii ya Alloh.....

Jumat, 26 Maret 2010

Relativitas dan Kecepatan Cahaya


Nama Albert Einstein melekat dengan dunia fisika dan menjadi ikon fisika modern. Einstein adalah seorang ilmuwan fisika teoretis yang dipandang luas sebagai ilmuwan terbesar dalam abad ke-20. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi. Dia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan "pengabdiannya bagi Fisika Teoretis". Rumus Einstein yang paling terkenal adalah E=mc².


Teori relativitas dicetuskan oleh Albert Einstein pada tahun 1905 dalam tulisannya yang berjudul On The Electrodynamics of Moving Bodies di Annalen der Physik hal. 891-921. Salah satu hal dalam teori ini yang mendobrak paradigma fisika berbunyi: "Cepat rambat cahaya di dalam ruang hampa ke segala arah adalah sama untuk semua pengamat, tidak tergantung pada gerak sumber cahaya maupun pengamat."

Menurut Einstein, tidak ada yang mutlak di dunia ini (termasuk waktu) kecuali kecepatan cahaya. Selain itu, kecepatan cahaya adalah kecepatan tertinggi di alam ini. Artinya, tidak mungkin ada (materi) yang kecepatannya melebihi kecepatan cahaya. Pendapat Einstein ini mendapat dukungan dari hasil percobaan yang dilakukan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 oleh Michelson-Morley, Fizeu, dan Zeeman.

Di mata awam, postulat Einstein ini memunculkan banyak keanehan. Misalnya, sejak dulu logika kita berpendapat bahwa jika kita bergerak dengan kecepatan v1 di atas kendaraan yang berkecepatan v2, kecepatan total kita terhadap pengamat yang diam adalah v1 + v2. Tetapi, menurut Einstein, cara penghitungan tersebut salah karena dapat mengakibatkan munculnya kecepatan yang melebihi kecepatan cahaya. Oleh karena itu, menurut Einstein, formula penjumlahan kecepatan yang benar adalah sebagai berikut:

v = (v1 +v2) / (1+(v1 x v2 / c² ))

Sinodik dan Siderial

Dalam menghitung gerakan benda langit, digunakan dua sistem yaitu Sinodik dan Siderial. Sistem Sinodik didasarkan pada gerakan semu Bulan dan Matahari dilihat dari Bumi. Sistem ini menjadi dasar perhitungan kalender Hijriyah di mana satu bulan = 29,53509 hari.

Sistem Siderial didasarkan pada gerakan relatif Bulan dan Matahari dilihat dari bintang jauh (pusat semesta). Sistem ini hanya memperhitungkan satu bulan = 27,321661 hari. Ahli-ahli astronomi selalu mendasarkan perhitungan gerak benda langit (mechanical of Celestial) kepada sistem Siderial karena dianggap lebih eksak dibandingkan sistem Sinodik yang mengandalkan penampakan semu dari Bumi.

Ada dua tipe kecepatan bulan :

1. Kecepatan relatif terhadap bumi yang bisa dihitung dengan rumus berikut:

ve = 2 π R / T

R = jari-jari revolusi bulan = 384264 km
T = periode revolusi bulan = 27,321661 hari = 2360591,51 detik

Ve = (2 * 3,14159 * 384264 km) / 2360591,51 detik
Ve = 1,022794443 km/detik

2. Kecepatan relatif terhadap bintang atau alam semesta. Yang ini yang akan diperlukan. Einstein mengusulkan bahwa kecepatan jenis kedua ini dihitung dengan mengalikan kecepatan yang pertama dengan cosinus α, sehingga:

V = Ve Cos α

dimana α adalah sudut yang dibentuk oleh revolusi bumi selama satu bulan sidereal = (27,321661/365,25636) x 360° = 26.92847829°
Sinyal dari Al Qur'an

Mengetahui besaran kecepatan cahaya adalah sesuatu yang sangat menarik bagi manusia. Sifat unik cahaya yang menurut Einstein adalah satu-satunya komponen alam yang tidak pernah berubah, membuat sebagian ilmuwan terobsesi untuk menghitung sendiri besaran kecepatan cahaya dari berbagai informasi .

Seorang ilmuwan matematika dan fisika dari Mesir, Dr. Mansour Hassab Elnaby merasa adanya sinyal-sinyal dari Al Qur'an yang membuat ia tertarik untuk menghitung kecepatan cahaya, terutama berdasarkan data-data yang disajikan Al Qur'an. Dalam bukunya yang berjudul A New Astronomical Quranic Method for The Determination of the Speed C, Mansour Hassab Elnaby menguraikan secara jelas dan sistematis tentang cara menghitung kecepatan cahaya berdasarkan redaksi ayat-ayat Al Qur'an. Dalam menghitung kecepatan cahaya ini, Mansour menggunakan sistem yang lazim dipakai oleh ahli astronomi yaitu sistem Siderial.

Ada beberapa ayat Al Qur'an yang menjadi rujukan Dr. Mansour Hassab Elnaby, yaitu:

Dia-lah (Allah) yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya tempat bagi perjalanan bulan itu, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). (QS. Yunus [10] : 5).

Dan Dia-lah (Allah) yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. (QS. Al Anbiyaa [21] : 33).

Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu" (QS. As Sajdah [32] : 5).


Interpretasi fisis dari ayat tersebut ialah kecepatan amr (diterjemahkan sebagai “urusan” dalam Al Qur’an terjemahan Depag) sama dengan kecepatan cahaya. Interpretasi atau tafsiran ini diperoleh Mansour Hassab-Elnaby setelah melakukan serangkaian perhitungan. Dari ayat-ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jarak yang dicapai "sang urusan" selama satu hari adalah sama dengan jarak yang ditempuh bulan selama 1.000 tahun atau 12.000 bulan.

Cahaya merupakan sejenis energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang bisa dilihat dengan mata. Cahaya juga merupakan dasar ukuran meter: 1 meter adalah jarak yang dilalui cahaya melalui vakum pada 1/299,792,458 detik. Kecepatan cahaya adalah 299,792,458 meter per detik.



Dengan menggunakan rumus sederhana tentang kecepatan, kita mendapatkan persamaan sebagai berikut:

C . t = 12000 . L

C = kecepatan sang urusan
t = waktu selama satu hari (kala rotasi bumi) = 23 jam 56 menit 4.1 detik = 86164,1 detik
L = jarak yang ditempuh bulan dalam satu kali revolusi = V . T

C . t = 12000 . V . T

ingat bahwa V = Ve Cos α, sehingga:

C . t = 12000 .Ve Cos α . T

C = (12000 . 1,022794443 . cos 26,92847829° . 2360591,51) / 86164,1

C = 299792,5 km/detik

Hasil hitungan yang diperoleh oleh Dr. Mansour Hassab Elnaby ternyata sangat mirip dengan hasil hitungan lembaga lain yang menggunakan peralatan sangat canggih. Berikut hasilnya :

Nilai C hasil perhitungan C = 299.792,5 km/detik

US National Bureau of Standard C = 299792.4574 + 0.0011 km/detik

British National Physical Labs C = 299792.4590 + 0.0008 km/detik

General Conf on Measures: 1 m = jarak cahaya selama 1/299792458 detik

Fakta bahwa relativitas waktu disebutkan dengan sangat jelas dalam Al Qur'an adalah bukti lain bahwa Al Qur'an adalah Kitab Suci. Perhitungan ini membuktikan keakuratan dan konsistensi nilai konstanta C hasil pengukuran selama ini dan juga mnunjukkan kebenaran Al Qur'an sebagai wahyu yang patut dipelajari dengan analisis yang tajam karena penulisnya adalah Allah Sang pencipta alam semesta.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar