WelcOme to ZylLa's Blog

"Aku ta' tahu apakah pesonanya yang memikat atau mungkin akalku yang ta' lagi sempurna" (Imam Ibnu Qayyim Al-Jauzy) Betapa sempurnanya ungkapan yang diungkapkan beliau akan rasa cintanya kepada Alloh, Sang Maha Cinta... Kepada Alloh_lah seharusnya cinta sejati berlabuh.... Aghfirliiiii ya Alloh.....

Sabtu, 15 Mei 2010

Jenis Kelamin Bayi

Hingga baru-baru ini, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel ibu karena janin berkembang dalam rahim ibu. Atau setidaknya, dipercaya bahwa jenis kelamin ini ditentukan secara bersama oleh sel-sel lelaki dan perempuan. Namun kita diberitahu informasi yang berbeda dalam Al Qur'an:

Dan bahwasannya Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari air mani, apabila dipancarkan. (QS. An-Najm [53] : 45-46)

Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Qur'an ini. Kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.

Di dalam Al Qur'an, dikatakan bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan "dari air mani apabila dipancarkan". Pada abad ke-20, sains baru menemukan informasi yang dinyatakan Al Qur'an ini berabad-abad lalu.


Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut "XY" pada pria, dan "XX" pada wanita. Penamaan ini didasarkan pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.

Pembentukan seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria. Namun jika sel telur berkromosom X dari wanita bergabung dengan sperma yang juga berkromosom X, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin wanita. Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur wanita.

Di dalam sel telur ibu hanya dijumpai kromosom X, yang menentukan sifat-sifat kewanitaan. Di dalam air mani ayah, terdapat sperma-sperma yang berisi kromosom X atau kromosom Y saja. Jadi, jenis kelamin bayi bergantung pada jenis kromosom kelamin pada sperma yang membuahi sel telur, apakah X atau Y.


Tak satu pun informasi ini dapat diketahui hingga ditemukannya ilmu genetika pada abad ke-20. Bahkan di banyak masyarakat, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh pihak wanita. Inilah mengapa kaum wanita dipersalahkan ketika mereka melahirkan bayi perempuan pada jaman jahiliyah.

Namun, tiga belas abad sebelum penemuan gen manusia, Al Qur'an telah mengungkapkan informasi yang menghapuskan keyakinan takhayul ini, dan menyatakan bahwa wanita bukanlah penentu jenis kelamin bayi, akan tetapi air mani dari pria. Pengetahuan tentang hal ini, yang tak mungkin dapat diketahui di masa Al Qur'an diturunkan, adalah bukti akan kenyataan bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah.

Minggu, 25 April 2010

Sebuah Renungan Hati

Kita pasti sudah tidak asing lagi dengan sebuah lagu yang sangat termasyur ini. Apalagi rekan-rekan seperjuangan sewaktu masih menimba ilmu dan menempa diri di Lembah Tidar, lagu ini pasti sangat terkesan karena setiap hari kita menyerukannya saat apel malam dengan sepenuh hati seraya membulatkan tekad untuk benar-benar mewujudkannya di masa mendatang.

Dalam usia yang semakin dekat dengan perpisahan antara roh dan jasad ini, tak ada salahnya syair lagu ciptaan Kusbini tersebut kita modifikasi. Cobalah ganti kata ‘negeri’ dengan kata ‘Rabbi’, dan marilah kita nyanyikan bait per bait lagu itu dengan hikmat.


Padamu Rabbi, kami berjanji...

Bait itu rasanya tak asing lagi bagi kita, karena semua dari kita sudah pernah mengucapkan janji itu duluuu sekali, bahkan ketia kita belum terlahir ke dunia. Ketika jasad kita belum terbentuk sempurna, Allahu Rabbi meniupkan roh ke dalam rahim ibu, setelah sebelumnya mengambil persaksian darinya:

Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi (tulang belakang) mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Rabbmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)." (QS. Al-A’raf [7] : 172)



Padamu Rabbi, kami mengabdi...

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Az-Zariyat [51] : 56)

Ayat itu bukanlah suatu pamrih Allah atas jasa-Nya menciptakan manusia, karena pengabdian seorang hamba tidak akan sedikitpun mengangkat derajat-Nya, sebagaimana pengingkaran seorang hamba tidak secuilpun menurunkan martabat-Nya. Tuntutan pengabdian adalah sebuah konsekuensi dan keniscayaan sebagai bentuk rasa syukur makhluk ciptaan-Nya. Berkacalah pada Rasulullah SAW, walapun sudah dijamin masuk surga tetap membuktikan pengabdiannya seraya menghabiskan sebagian malam-malamnya dengan berdiri, rukuk dan sujud tersungkur di hadapan-Nya, hingga bengkak kakinya.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Rabbnya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al-Baqarah [2] : 277)


Padamu Rabbi, kami berbakti...

Bila seorang anak saja dituntut untuk berbakti kepada orang tua dan seorang istri kepada suami, tak pantaskah bila kita berbakti kepada-Nya, yang telah menghidupkan, memberi petunjuk dan jalan, memberi rezeki sehamparan bumi dan seisinya tanpa imbalan? Berkomitmen untuk berbakti berarti harus menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Bagi seorang mukmin, bakti harus mewujud dalam benuk ketakwaan. Mukmin yang berbakti adalah manusia yang betakwa dengan sebenar-benarnya takwa. Dan atas bakti mereka, Allah menyiapkan ganjarannya.

Akan tetapi orang-orang yang bertaqwa kepada Rabbnya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti. (QS. Ali ‘Imran [3] : 198)


Bagimu Rabbi, jiwa raga kami...

Ketika persaksian sudah merekat kuat, dan rasa percaya semakin mantap, maka pengabdian dan bakti tak lagi menjadi berat, dan rasa cinta pun tumbuh meluap-luap. Layaknya cinta pada sang kekasih, jangankan lagi harta, nyawa pun rela diberi walaupun tanpa diminta. Apalagi bagi Allah Sang Maha Pengasih, tak rindukah kita untuk merebut kasih sayang-Nya?

Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujurat [49] : 15)


Sehingga sewaktu melantunkan lagu itu, sebenarnya kita menunjukkan komitmen kita untuk berusaha menjadi hamba Allah yang sempurna.

Padamu Rabbi, kami berjanji (untuk menjadi seorang mukmin)
Padamu Rabbi, kami mengabdi (sebagai wujud seorang muslim)
Padamu Rabbi, kami berbakti (untuk mencapai gelar muttaqin)
Bagimu Rabbi, jiwa raga kami (relakan untuk meraih gelar mujahiddin)

HTML (HyperText Markup Language)

HTML merupakan singkatan dari HyperText Markup Language. HTML adalah dokumen text yang bisa dibaca untuk dipublikasikan di World Wide Web (WWW), dan semua nama file dokumen HTML mempunyai ekstensi html atau htm.

Dalam sebuah dokumen HTML anda akan melihat tags. Tags adalah penempatan atau nilai format teks yang memerintahkan browser untuk menampilkan sebuah dokumen html.

Pengertian HTML Tag

Tag dipakai untuk mendeskripsikan sesuatu tentang dokumen HTML.
Tag diletakkan dalam kurung, . dipakai untuk mendeskripsikan sesuatu tentang dokumen HTML.
Tag diletakkan dalam kurung, .



Tag ada 2 macam; tag tunggal dan tag berpasangan. Perbedaannya, kalau tag tunggal munculnya sendiri, sedangkan tag yang berpasangan harus ada bagian yang mengawali dan mengakhiri. Bagian yang mengakhiri sama dengan yang mengawali, tapi diawali dengan garis miring (/).

HTML Editor

Dokumen HTML bisa dibuat dengan menggunakan text editor biasa ataupun dengan editor khusus.

Contoh-contoh HTML Editor :

* Microsoft Frontpage
* Macromedia Dreamweaver
* Netscape Navigator Gold
* Netscape Composer
* HotDog
* CU-HTML, dll

Pembentukan Hujan

Pada notes yang lalu kita telah mempelajari pembentukan awan, sekarang mari kita mempelajari tentang proses pembentukan hujan yang juga diterangkan dalam Al Qur'an.

Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan. Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, "bahan baku" hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat. Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan,

Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira
QS. ar-Rum (30) : 48


Kini, mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.

TAHAP KE-1: "Dialah (Allah) yang mengirimkan angin..."

Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut "perangkap air".

TAHAP KE-2: "...lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal..."

Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.


TAHAP KE-3: "...lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya..."

Gambar di atas memperlihatkan butiran-butiran air yang lepas ke udara. Ini adalah tahap pertama dalam proses pembentukan hujan. Setelah itu, butiran-butiran air dalam awan yang baru saja terbentuk akan melayang di udara untuk kemudian menebal, menjadi jenuh, dan turun sebagai hujan. Seluruh tahapan ini disebutkan dalam Al Qur'an.


Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel-partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

Dalam ayat lain Allah menjelaskan bagaimana manusia dibangkitkan melalui fenomena penurunan hujan yang menumbuhkan berbagai macam tumbuhan:

Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.
QS. al-A'raf (7) : 57

Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’an-lah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.

(Harun Yahya)




Jumat, 16 April 2010

Informasi Mengenai Peristiwa Masa Depan dalam Al Qur'an

Penaklukkan Mekah

Sisi keajaiban lain dari Al Qur'an adalah ia memberitakan terlebih dahulu sejumlah peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang. Ayat ke-27 dari surat Al Fath, misalnya, memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka akan menaklukkan Mekah, yang saat itu dikuasai kaum penyembah berhala:
Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesunguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.
QS. al-Fath (48) : 27

Ketika kita lihat lebih dekat lagi, ayat tersebut terlihat mengumumkan adanya kemenangan lain yang akan terjadi sebelum kemenangan Mekah. Sesungguhnya, sebagaimana dikemukakan dalam ayat tersebut, kaum mukmin terlebih dahulu menaklukkan Benteng Khaibar, yang berada di bawah kendali Yahudi, dan kemudian memasuki Mekah.

Kemenangan Bizantium

Penggalan berita lain yang disampaikan Al Qur'an tentang peristiwa masa depan ditemukan dalam ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada Kekaisaran Bizantium, wilayah timur Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat ini, disebutkan bahwa Kekaisaran Bizantium telah mengalami kekalahan besar, tetapi akan segera memperoleh kemenangan.
Alif laam miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi,di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).
QS. ar-Rum (30) : 1-4

Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali.
Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)
Pendek kata, setiap orang menyangka Kekaisaran Bizantium akan runtuh. Tetapi tepat di saat seperti itu, ayat pertama Surat Ar Ruum diturunkan dan mengumumkan bahwa Bizantium akan mendapatkan kemenangan dalam beberapa tahun lagi. Kemenangan ini tampak sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab menjadikan ayat ini sebagai bahan cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa kemenangan yang diberitakan Al Qur'an takkan pernah menjadi kenyataan.
Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar Ruum tersebut, pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Bizantium dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Beberapa bulan kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Bizantium, yang mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Bizantium.
(Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)
Akhirnya, "kemenangan bangsa Romawi" yang diumumkan oleh Allah dalam Al Qur'an, secara ajaib menjadi kenyataan.
Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman tentang fakta geografis yang tak dapat ditemukan oleh seorangpun di masa itu.
Dalam ayat ketiga Surat Ar Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di daerah paling rendah di bumi ini. Ungkapan فِي أَدْنَى الْأَرْضِ ("Fii Adnal Ardli") dalam bahasa Arab, diartikan sebagai "di tempat yang terdekat" dalam banyak terjemahan. Namun ini bukanlah makna harfiah dari kalimat tersebut, tetapi lebih berupa penafsiran atasnya.
Kata "Adna" dalam bahasa Arab diambil dari kata "Dani", yang berarti "rendah" dan "Ardl" yang berarti "bumi". Karena itu, ungkapan "Adnal Ardli" berarti "tempat paling rendah di bumi".
Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam peperangan antara Kekaisaran Bizantium dan Persia, ketika Bizantium dikalahkan dan kehilangan Jerusalem, benar-benar terjadi di titik paling rendah di bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut Mati, yang terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria, Palestina, dan Jordania. "Laut Mati", terletak 395 meter di bawah permukaan laut, adalah daerah paling rendah di bumi.
Ini berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi, persis seperti dikemukakan dalam ayat ini.
Hal paling menarik dalam fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu diukur dengan teknik pengukuran modern. Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk mengetahui bahwasannya ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi. Namun, dalam Al Qur'an, daerah ini dinyatakan sebagai titik paling rendah di bumi. Demikianlah, ini memberikan bukti lagi bahwa Al Qur'an adalah wahyu Ilahi.
(Harun Yahya)





Jumat, 26 Maret 2010

Relativitas dan Kecepatan Cahaya


Nama Albert Einstein melekat dengan dunia fisika dan menjadi ikon fisika modern. Einstein adalah seorang ilmuwan fisika teoretis yang dipandang luas sebagai ilmuwan terbesar dalam abad ke-20. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi. Dia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan "pengabdiannya bagi Fisika Teoretis". Rumus Einstein yang paling terkenal adalah E=mc².


Teori relativitas dicetuskan oleh Albert Einstein pada tahun 1905 dalam tulisannya yang berjudul On The Electrodynamics of Moving Bodies di Annalen der Physik hal. 891-921. Salah satu hal dalam teori ini yang mendobrak paradigma fisika berbunyi: "Cepat rambat cahaya di dalam ruang hampa ke segala arah adalah sama untuk semua pengamat, tidak tergantung pada gerak sumber cahaya maupun pengamat."

Menurut Einstein, tidak ada yang mutlak di dunia ini (termasuk waktu) kecuali kecepatan cahaya. Selain itu, kecepatan cahaya adalah kecepatan tertinggi di alam ini. Artinya, tidak mungkin ada (materi) yang kecepatannya melebihi kecepatan cahaya. Pendapat Einstein ini mendapat dukungan dari hasil percobaan yang dilakukan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 oleh Michelson-Morley, Fizeu, dan Zeeman.

Di mata awam, postulat Einstein ini memunculkan banyak keanehan. Misalnya, sejak dulu logika kita berpendapat bahwa jika kita bergerak dengan kecepatan v1 di atas kendaraan yang berkecepatan v2, kecepatan total kita terhadap pengamat yang diam adalah v1 + v2. Tetapi, menurut Einstein, cara penghitungan tersebut salah karena dapat mengakibatkan munculnya kecepatan yang melebihi kecepatan cahaya. Oleh karena itu, menurut Einstein, formula penjumlahan kecepatan yang benar adalah sebagai berikut:

v = (v1 +v2) / (1+(v1 x v2 / c² ))

Sinodik dan Siderial

Dalam menghitung gerakan benda langit, digunakan dua sistem yaitu Sinodik dan Siderial. Sistem Sinodik didasarkan pada gerakan semu Bulan dan Matahari dilihat dari Bumi. Sistem ini menjadi dasar perhitungan kalender Hijriyah di mana satu bulan = 29,53509 hari.

Sistem Siderial didasarkan pada gerakan relatif Bulan dan Matahari dilihat dari bintang jauh (pusat semesta). Sistem ini hanya memperhitungkan satu bulan = 27,321661 hari. Ahli-ahli astronomi selalu mendasarkan perhitungan gerak benda langit (mechanical of Celestial) kepada sistem Siderial karena dianggap lebih eksak dibandingkan sistem Sinodik yang mengandalkan penampakan semu dari Bumi.

Ada dua tipe kecepatan bulan :

1. Kecepatan relatif terhadap bumi yang bisa dihitung dengan rumus berikut:

ve = 2 π R / T

R = jari-jari revolusi bulan = 384264 km
T = periode revolusi bulan = 27,321661 hari = 2360591,51 detik

Ve = (2 * 3,14159 * 384264 km) / 2360591,51 detik
Ve = 1,022794443 km/detik

2. Kecepatan relatif terhadap bintang atau alam semesta. Yang ini yang akan diperlukan. Einstein mengusulkan bahwa kecepatan jenis kedua ini dihitung dengan mengalikan kecepatan yang pertama dengan cosinus α, sehingga:

V = Ve Cos α

dimana α adalah sudut yang dibentuk oleh revolusi bumi selama satu bulan sidereal = (27,321661/365,25636) x 360° = 26.92847829°
Sinyal dari Al Qur'an

Mengetahui besaran kecepatan cahaya adalah sesuatu yang sangat menarik bagi manusia. Sifat unik cahaya yang menurut Einstein adalah satu-satunya komponen alam yang tidak pernah berubah, membuat sebagian ilmuwan terobsesi untuk menghitung sendiri besaran kecepatan cahaya dari berbagai informasi .

Seorang ilmuwan matematika dan fisika dari Mesir, Dr. Mansour Hassab Elnaby merasa adanya sinyal-sinyal dari Al Qur'an yang membuat ia tertarik untuk menghitung kecepatan cahaya, terutama berdasarkan data-data yang disajikan Al Qur'an. Dalam bukunya yang berjudul A New Astronomical Quranic Method for The Determination of the Speed C, Mansour Hassab Elnaby menguraikan secara jelas dan sistematis tentang cara menghitung kecepatan cahaya berdasarkan redaksi ayat-ayat Al Qur'an. Dalam menghitung kecepatan cahaya ini, Mansour menggunakan sistem yang lazim dipakai oleh ahli astronomi yaitu sistem Siderial.

Ada beberapa ayat Al Qur'an yang menjadi rujukan Dr. Mansour Hassab Elnaby, yaitu:

Dia-lah (Allah) yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya tempat bagi perjalanan bulan itu, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). (QS. Yunus [10] : 5).

Dan Dia-lah (Allah) yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. (QS. Al Anbiyaa [21] : 33).

Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu" (QS. As Sajdah [32] : 5).


Interpretasi fisis dari ayat tersebut ialah kecepatan amr (diterjemahkan sebagai “urusan” dalam Al Qur’an terjemahan Depag) sama dengan kecepatan cahaya. Interpretasi atau tafsiran ini diperoleh Mansour Hassab-Elnaby setelah melakukan serangkaian perhitungan. Dari ayat-ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jarak yang dicapai "sang urusan" selama satu hari adalah sama dengan jarak yang ditempuh bulan selama 1.000 tahun atau 12.000 bulan.

Cahaya merupakan sejenis energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang bisa dilihat dengan mata. Cahaya juga merupakan dasar ukuran meter: 1 meter adalah jarak yang dilalui cahaya melalui vakum pada 1/299,792,458 detik. Kecepatan cahaya adalah 299,792,458 meter per detik.



Dengan menggunakan rumus sederhana tentang kecepatan, kita mendapatkan persamaan sebagai berikut:

C . t = 12000 . L

C = kecepatan sang urusan
t = waktu selama satu hari (kala rotasi bumi) = 23 jam 56 menit 4.1 detik = 86164,1 detik
L = jarak yang ditempuh bulan dalam satu kali revolusi = V . T

C . t = 12000 . V . T

ingat bahwa V = Ve Cos α, sehingga:

C . t = 12000 .Ve Cos α . T

C = (12000 . 1,022794443 . cos 26,92847829° . 2360591,51) / 86164,1

C = 299792,5 km/detik

Hasil hitungan yang diperoleh oleh Dr. Mansour Hassab Elnaby ternyata sangat mirip dengan hasil hitungan lembaga lain yang menggunakan peralatan sangat canggih. Berikut hasilnya :

Nilai C hasil perhitungan C = 299.792,5 km/detik

US National Bureau of Standard C = 299792.4574 + 0.0011 km/detik

British National Physical Labs C = 299792.4590 + 0.0008 km/detik

General Conf on Measures: 1 m = jarak cahaya selama 1/299792458 detik

Fakta bahwa relativitas waktu disebutkan dengan sangat jelas dalam Al Qur'an adalah bukti lain bahwa Al Qur'an adalah Kitab Suci. Perhitungan ini membuktikan keakuratan dan konsistensi nilai konstanta C hasil pengukuran selama ini dan juga mnunjukkan kebenaran Al Qur'an sebagai wahyu yang patut dipelajari dengan analisis yang tajam karena penulisnya adalah Allah Sang pencipta alam semesta.

 

Selasa, 23 Maret 2010

BERCERMIN

Kepada semua...
yang ta' pernah bersuara tidak berarti dangkal ilmunya
seperti ubi, diam-diam berisi

Yang mahir berkata-kata tidak semesti tinggi ilmunya
seperti gendang kosong, sana-sini nyaring berbunyi

Yang tahu membedakan antara kaca dengan intan
dialah yang layak digelar cendekia walau tiada ijazah

Yang hanyut diatas puji hanya tampil karena nama
seperti ayam bertelur sebiji, riuh sekampung

Yang pada kebenaran tidak mengharap suatu sanjungan
bagai penyu bertelur ratusan, tidak gembar-gembor

Yang hanya tahu mengeji sebenarnya iri hati atau
mungkin terlupa akan kekurangan diri

Yang gemar memberi nasehat perangai sendiri masih berkarat, lihat ke
dalam cermin diri!

Dan yang senantiasa bersikap sinis menganggap orang lain pula hipokrit
sudahkah meninjau diri sendiri yang nyata, kita semua sama, tiada yang sempurna!