WelcOme to ZylLa's Blog

"Aku ta' tahu apakah pesonanya yang memikat atau mungkin akalku yang ta' lagi sempurna" (Imam Ibnu Qayyim Al-Jauzy) Betapa sempurnanya ungkapan yang diungkapkan beliau akan rasa cintanya kepada Alloh, Sang Maha Cinta... Kepada Alloh_lah seharusnya cinta sejati berlabuh.... Aghfirliiiii ya Alloh.....

Minggu, 25 April 2010

Sebuah Renungan Hati

Kita pasti sudah tidak asing lagi dengan sebuah lagu yang sangat termasyur ini. Apalagi rekan-rekan seperjuangan sewaktu masih menimba ilmu dan menempa diri di Lembah Tidar, lagu ini pasti sangat terkesan karena setiap hari kita menyerukannya saat apel malam dengan sepenuh hati seraya membulatkan tekad untuk benar-benar mewujudkannya di masa mendatang.

Dalam usia yang semakin dekat dengan perpisahan antara roh dan jasad ini, tak ada salahnya syair lagu ciptaan Kusbini tersebut kita modifikasi. Cobalah ganti kata ‘negeri’ dengan kata ‘Rabbi’, dan marilah kita nyanyikan bait per bait lagu itu dengan hikmat.


Padamu Rabbi, kami berjanji...

Bait itu rasanya tak asing lagi bagi kita, karena semua dari kita sudah pernah mengucapkan janji itu duluuu sekali, bahkan ketia kita belum terlahir ke dunia. Ketika jasad kita belum terbentuk sempurna, Allahu Rabbi meniupkan roh ke dalam rahim ibu, setelah sebelumnya mengambil persaksian darinya:

Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi (tulang belakang) mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Rabbmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)." (QS. Al-A’raf [7] : 172)



Padamu Rabbi, kami mengabdi...

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Az-Zariyat [51] : 56)

Ayat itu bukanlah suatu pamrih Allah atas jasa-Nya menciptakan manusia, karena pengabdian seorang hamba tidak akan sedikitpun mengangkat derajat-Nya, sebagaimana pengingkaran seorang hamba tidak secuilpun menurunkan martabat-Nya. Tuntutan pengabdian adalah sebuah konsekuensi dan keniscayaan sebagai bentuk rasa syukur makhluk ciptaan-Nya. Berkacalah pada Rasulullah SAW, walapun sudah dijamin masuk surga tetap membuktikan pengabdiannya seraya menghabiskan sebagian malam-malamnya dengan berdiri, rukuk dan sujud tersungkur di hadapan-Nya, hingga bengkak kakinya.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Rabbnya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al-Baqarah [2] : 277)


Padamu Rabbi, kami berbakti...

Bila seorang anak saja dituntut untuk berbakti kepada orang tua dan seorang istri kepada suami, tak pantaskah bila kita berbakti kepada-Nya, yang telah menghidupkan, memberi petunjuk dan jalan, memberi rezeki sehamparan bumi dan seisinya tanpa imbalan? Berkomitmen untuk berbakti berarti harus menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Bagi seorang mukmin, bakti harus mewujud dalam benuk ketakwaan. Mukmin yang berbakti adalah manusia yang betakwa dengan sebenar-benarnya takwa. Dan atas bakti mereka, Allah menyiapkan ganjarannya.

Akan tetapi orang-orang yang bertaqwa kepada Rabbnya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti. (QS. Ali ‘Imran [3] : 198)


Bagimu Rabbi, jiwa raga kami...

Ketika persaksian sudah merekat kuat, dan rasa percaya semakin mantap, maka pengabdian dan bakti tak lagi menjadi berat, dan rasa cinta pun tumbuh meluap-luap. Layaknya cinta pada sang kekasih, jangankan lagi harta, nyawa pun rela diberi walaupun tanpa diminta. Apalagi bagi Allah Sang Maha Pengasih, tak rindukah kita untuk merebut kasih sayang-Nya?

Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujurat [49] : 15)


Sehingga sewaktu melantunkan lagu itu, sebenarnya kita menunjukkan komitmen kita untuk berusaha menjadi hamba Allah yang sempurna.

Padamu Rabbi, kami berjanji (untuk menjadi seorang mukmin)
Padamu Rabbi, kami mengabdi (sebagai wujud seorang muslim)
Padamu Rabbi, kami berbakti (untuk mencapai gelar muttaqin)
Bagimu Rabbi, jiwa raga kami (relakan untuk meraih gelar mujahiddin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar